SEMARANG – Sebelas Calon Pegawai Negeri Sipil lulusan Politeknik Imigrasi (Poltekim) telah mengucapkan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil, Senin (13/02). Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jawa Tengah A Yuspahruddin memimpin jalannya prosesi Pengangkatan dan Pengambilan Sumpah/Janji PNS tersebut.

Resmi menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS), Kakanwil meminta mereka untuk memahami dan mengimplementasikan kode etik dan kode perilaku ASN.

“Anda sudah bersumpah, maka sebagai PNS harus mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan pribadi atau golongan,” ujar Yuspahruddin kepada alumni Poltekim Angkatan 20.

“Selalu ingat kode etik dan kode perilaku ASN nomor satu, yakni melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi,” sambungnya.

Kakanwil juga berpesan kepada seluruh PNS yang baru diambil sumpahnya agar memiliki sikap proaktif, mempunyai keterampilan di luar tugas dan fungsinya masing-masing, dan senantiasa mengasah keterampilan tersebut.

“Agar produktivitas tidak menurun dan bisa memberikan layanan yang lebih baik, harus menambah terus pengetahuannya tentang Keimigrasian dan yang lainnya. Karena masyarakat yang Anda layani memiliki pengetahuan yang banyak dan beragam,” kata Kakanwil.

Berlangsung di Aula Kresna Basudewa, tampak Kepala Divisi Administrasi Hajrianor, Kepala Divisi Keimigrasian Wishnu Daru F., Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Nur Ichwan serta beberapa Kepala UPT di lingkungan Kanwil Kemenkumham Jateng.

Kabupaten Pekalongan – 31 Mei 2022. Perkuat sinergi dalam pengawasan orang asing Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Pemalang gelar Rapat Tim Pora Kabupaten Pekalongan

Dalam rangka memperkuat sinergi antar instansi serta penguatan pengawasan keberadaan Orang Asing, Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Pemalang menyelenggarakan Rapat Tim Pora di Kabupaten Pekalongan tahun anggaran 2022 yang bertempat di Hotel Grand Dian Pekalongan pada hari Selasa 31 mei 2022. Rapat Tim Pora kali ini mengambil tema “Pengawasan Orang Asing pada masa adaptasi kebiasaan baru”.

Acara dimulai dengan laporan ketua penyelenggara yang disampaikan oleh Rahmad Suharto selaku Plh Kepala Kantor Imigrasi Pemalang. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan sekaligus pembukaan oleh Kepala Divisi Keimigrasian, Wisnu Dharu Fajar. Dalam sambutannya beliau menyampaikan dengan telah dibukanya kembali pintu perlintasan secara penuh maka diperlukan antisipasi terhadap kedatangan orang asing dan potensi kerawanan yang akan muncul. Oleh sebab itu menjadi tugas kita bersama sebagai bagian dari Tim Pora untuk dapat bersama sama membantu pengawasan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing, karena salah satu fungsi dibentuknya Tim Pora adalah untuk saling bertukar informasi dalam kegiatan pengawasan kegiatan Orang Asing yang ada di wilayah kerja Kantor Imigrasi. Di akhir sambutan, Wisnu Dharu Fajar berharap kepada seluruh anggota Tim Pora untuk lebih meningkatkan kekompakan dan sinergi serta kolaborasi dalam kegiatan pengawasan Orang Asing demi tetap tegaknya kedaulatan NKRI

Acara dilanjutkan oleh pembekalan materi oleh Kasi Inteladakim, Washono serta diakhiri dengan sesi tanya jawab dan saling bertukar informasi antara anggota Tim Pora Kabupaten PekalonganKegiatan ini diikuti oleh 36 peserta yang berasal dari berbagai instansi pemerintah di Kabupaten Pekalongan

Pagi ini, Imigrasi Pemalang melakukan giat tabur bunga di Taman Makam Pahlawan Pemalang yang berlokasi di Desa Penggarit .
Selain sebagai salah satu rangkaian kegiatan HBI Ke-72, acara in dimaksudkan agar Imigrasi Pemalang tidak melupakan sejarah dan perjuangan para pahlawan. Semangat perjungan harus dapat diwarisi demi mewujudkan Imigrasi Pemalang yang berAkhlak Pasti Gemilang.

FYI, Taman Makam Pahlawan yang berada di Desa Penggarit ini bernama resmi Jayana Sureng Yudha. Dikutip artikel dari Wikipedia, yuk kita simak kisahnya:

Taman Makam Pahlawan Jayana Sureng Yudha (atau TMP Penggarit) adalah sebutan untuk kompleks pemakaman Wijaya Brata yang berlokasi di Desa PenggaritKecamatan TamanKabupaten PemalangJawa Tengah.[1]

Di desa yang terkenal sebagai desa perjuangan ini, berdiri dengan megah Taman Makam Pahlawan (TMP) Jayana Sureng Yudha, inilah saksi bisu perjuangan para pendahulu Korps Marinir saat menghadapi Belanda pada masa perjuangan kemerdekaan. Penggarit sebagai basis perjuangan prajurit Korps Marinir zaman dulu diawali dari peristiwa 19 Desember 1948 saat Belanda melacarkan kembali Agresinya di Indonesia dengan menyerbu secara membabi buta kota Jogyakarta. Saat itu, pasukan Corps Mariniers (CM) Corps Armada (CA) IV yang diperbantukan ke Divisi III Diponegoro yang dikenal dengan sebutan “Resimen Samudera” baru saja selesai konsolidasi dengan menyusun kembali dari sistem Batalyon ke sistem Group. Sebagai Komandan Resimen Samudera Pasukan CA IV adalah Mayor R. Soehadi dengan wakil sekaligus merangkap Perwira Operasi Kapten Ali Sadikin. Dalam perintah koordinasinya dari MBKD (Markas Besar Komando Djawa) melalui Divisi III Diponegoro bahwa pasukan Corps Mariniers yang tergabung dalam Resimen Samudra tersebut agar segera meninggalkan daerah TemanggungParakan dan merebut serta menguasai daerah yang disebut dengan “Sub Wehrkraise Slamet-V (SWKS V)” meliputi Pemalang – Pekalongan hingga Batang

Pada Desember 1948, pasukan SWKS V segera melakukan “wingate action” yakni gerakan perembesan menuju daerah yang menjadi tanggungjawabnya dipimpin langsung Mayor R. Suhadi. Pergerakan pasukan ini melewati berbagai daerah pedalaman dan juga pegunungan mulai Gunung Sundoro, Prau, Rogojembangan hingga Gunung Slamet. Pada Januari 1949 seluruh pasukan SWKS V telah sampai di daerah Watukumpul, Pemalang Selatan di kaki Gunung Slamet. Disinilah terjadi pertempuran sengit antara para pejuang dengan tentara Belanda yang selanjutnya terkenal dengan sebutan Pertempuran Watukumpul. Setelah pertempuran Watukumpul, pasukan Corps Mariniers CA IV/ Pasukan SWK.S V Grup A, mening­galkan daerah pertahan­annya menuju daer­ah Simpang Tiga, kemudian memasuki daerah Wonoroto. Di sini jembatan besar sungai Wonoroto telah diledakkan untuk menghambat ger­akan maju tentara pen­dudukan Belanda.

Di Karangpucung, Kebubungan daerah Wo­norotoKapten Ali Sadikin Perwira Operasi CA IV/ Pasukan SWK.S V yang sekaligus menjabat se­bagai Komandan Sektor, bertugas untuk menga­wasi aktivitas Grup A da­lam gerakannya mengha­dapi tentara pendudukan Belanda. Pimpinan Grup A masih dipegang oleh Let­nan Moch. Joenoes dengan mendapatkan beberapa tenaga inti seperti Santo­so (Pwa. Satu), Soemardi. P (Ketua Divisi), J. Soejoe (Ketua Divisi), Soetjipto Hadi (Dan Bak), Sg. Soe­marso (Dan Ru), Djapar (DanRu), D. Soedjono dan lain-lain.[2]

Beberapa kegiatan penting Grup A untuk melancarkan perang gerilya di daerah Pemalang antara lain membersihkan pasukan Belanda di desa Beji dan melakukan penyergapan patroli Belanda di desa Jatibarang pada bulan Februari 1949, melakukan penjerbuan pertama ke kota Pemalang dan penghadangan konvoi Belanda di Padeksan pada bulan Maret 1949, dan melakukan pertempuran dalam rangka Gerakan Pembersihan Tentara Pendudukan Belanda I, II, dan III yang dilakukan hampir secara berurutan antara daerah Randudongkal dan Pangiringan pada bulan Maret 1949. Pada akhir Maret 1949, Pasukan CM Grup A menempatkan kekuatan induknya di Desa PenggaritPemalang untuk konsolidasi dan menyusun kekuatan baru guna menghadapi serangan besar-besaran tentara Belanda yang mengejar para gerilyawan hingga ke daerah pegunungan. Kosentrasi pasukan CM di Penggarit ini pada akhirnya tercium Belanda sehingga pada bulan April 1949, tentara Belanda dengan kekuatan pasukan yang cukup besar menyerbu Penggarit dengan menggelar operasi pembersihan kampung Penggarit. Pertempuran pun meletus dengan sengitnya dari pagi hingga petang hari. Korban berjatuhan di kedua belah pihak. Namun menjelang sore hari Belanda menarik mundur pasukannya karena melihat korban di pihaknya lebih banyak. Belanda mundur dengan membawa kekalahan berupa korban jiwa dan perlengkapan militer yang banyak dihancurkan pasukan CM CA IV. Selain Penggarit, dua daerah lain yang diserbu Belanda yakni Wiradesa dan Petarukan juga dapat dipertahankan berkat bantuan pasukan Grup A CM CA IV. Tujuan Belanda pada saat itu memang berusaha menggu­nakan kesempatan untuk mendapatkan “daerah” yang lebih luas sebelum diberlakukannya perintah gencatan senjata. Akan tetapi pada akhirnya tujuan mereka kandas di tengah jalan berkat kegigihan Pasukan Grup A CM CA IV dalam mempertahankan daerah perjuangannya.

https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_Makam_Pahlawan_Jayana_Sureng_Yudha

Halo sobat Gilang!

Demi memastikan langkah meraih WBBM, Imigrasi Pemalang berusaha berkaca dari kesuksesan Imigrasi Tangerang. Tidak tanggung-tanggung, Kepala Kantor Imigrasi Pemalang, @arvin_gumilang langsung memimpin tim inti pembentukan zona integritas menuju WBBM Kanim Pemalang untuk studi tiru langsung ke sana. Studi ini akan sangat bermanfaat bagi tim Pemalang yang saat ini tengah membangun zona WBBM. Terbukti dengan banyaknya inspirasi yang bisa didapat setelah melakukan kunjungan Imigrai Pemalang ke UPT yang telah meraih gelar WBBM tersebut.
Mohon doanya bagi kami, agar tahun ini, gelar WBBM tersebut dapat kami boyong ke satuan kerja kami, Imigrasi Pemalang.